Bahtera itu akhirnya kembali berlabuh setelah sekian lama ia hanya bertarung serabutan melawan lautan ombak tanpa sang kapten. Seseorang yang diyakini telah lama bergelut dalam bidang yang sama, tak jauh-jauh dari air, gelombang, badai dan deretan bintang di langit sebagai penunjuk arah, pun ditasbihkan sebagai Sang Kapten. Seribu satu harapan terbang perlahan bersama semilir angin pagi tenang hari itu.
Dengan penuh antusias seluruh awak kapal menyambut bahagia kedatangan sang Kapten, bersiap untuk memberikan tepuk tangan paling meriah yang pernah terdengar di dek utama kapal tersebut. Sementara itu, Sang Kapten, ia amat polos dengan senyum sumringah terukir di bibir yang tak lama lagi akan dihiasi dengan beberapa kerutan. Langkah pelan akhirnya ia naiki anak tangga itu satu persatu, podium yang sudah dipersiapkan hanya untuk ia seorang. “Selamat pagi, Salam hangat bagi kita semua.”, ucap nya, tepuk tangan riuh pun tak terelakkan lagi meski ia baru saja menyampaikan satu kalimat pembuka, belum pula menyentuh inti dari kata sambutan yang lama ia persiapkan semalam suntuk.